Dunia Ilmu

carilah ilmu walaupun ke negeri Cina

sasakala mbah sakti barang


Wali Zaenulloh adalah nama asli dari Mbah Sakti Barang , sedangkan waktu kecil bernama Artakara putra seorang tokoh dikampung Cimuncang yang bernama Braja Sakti . Braja sakti adalah keturunan Raja Galuh dari Ciamis. Raja Galuh mempunyai tiga putra yaitu Ciung Wanara,Arya Banga dan Braja Sakti . Karena Braja Sakti lahir dari seorang selir sehingga beliau tidak berhak untuk menjadi raja.Karena Ciung wanara dan Arya Banga merasa ketakutan kepada braja Sakti untuk menuntut kerajaan maka Braj Sakti diusir oleh kedua saudaranya,sampai akhirnya sampailah disuatu tempat yang bernama  Kampung Cimuncang Desa Kutanagara Kecamatan malangbong Braja Sakti mentap di kampung tersebut.

Waktu terus berlalu Braja sakti akhirnya menikah dan mempunyai anak bernama Artakara,dari kecil Artakara sudah memiliki sipat yang baik sehingga ia suka menolong sesamanya dan ia suka mencari ilmu terutama ilmu agama Islam . Beliau mencari ilmu agama Islam dimulai dari Cirebon kemudian ke Demak sampai ke Tuban.Di Cirebon Beliau berguru Ke Sunan Gunung Jati.

Pulang dari Tuban Artakara mengislamkan orang tuanya Braja Sakti yang masih beragama Hindu .Setelah itu beliau menyebarkan agama Islam beberapa tempatdengan cara menyamar sebagai tkang kebun.

Disuatu tempat ada seorang saudagar yang banyak tanahnya kemudian Artakara melamar menjadi pekerja kebun dan diterima oleh saudagar itu,karena pekerja kebun itu banyak maka pekerja itu masing –masing punya tugas khusus,ada pekerja kebun ada yang khusus sebagai pengantar makanan sekaligus sebagai tukang masak di dapur.

Pada suatu hari petugas yang mengantarkan makanan bagi pekerja kebun itu belum datang  untuk mengantarkan makanan ,sampai siang belum juga datang sampai waktu dhuhur tiba. Sambil menunggu pengantar makana datang ,Artakara mencari tempat untuk melaksanakan shalat dhuhur.Sebab tempat dikelilingi bukit dan bertebing tidak ada tempat untuk melaksanakan shalat ,lalu Artakara melihat pohon pisang yang sudah tua ,lalu Artakara melakukan shalat dhuhur diatas daun pisang itu. Tapi aneh daun pisang itu tidak patah atau rusak ,ketika Artakara sedang melakukan shalat datanglah sipengantar makanan melihat kejadian itu sipangantar makanan merasa kaget dan kagum karena pohon pisang itu tidak roboh. Kemudaian sipengantar menceritakan kejadian yang telah dialaminya kepada saudagar kaya.Mendengar berita tersebut  ,kemudian saudagar memberhentikan  Artakara sebagai pekerja diladang kemudian diperintahkan untuk bekerja dirumahnya ,setelah Artakara  bekerja bekerja di rumahnya ternyata saudagar kaya itu mempunyai seorang putri yang cantik yang bernam Nyi Mas Geulis ,kemudian beliau menikahkan putrinya dengan Artakara. Pernikahantersebut berlangsung di Kampung Sanding Kecamatan Malangbong dimana Saudagar itu tinggal.

Setelah menikah, Artakara dan Nyi Mas Geulis hidup bahagia , sampai suatu ketika di Cirebon yang dulu tempat menimba ilmunya akan mendirikan mesjid semua alumni pesenatren itu di undang.Karena Artakara kesiangan datang ke pesantren itu maka bahan banguna sudah berdiri dan hanya tinggal tiang-tiang nya sebagai penyangga belum selesai karena bahannya sudah habis hanya tinggal tatal bekar kayu, kemudian Artakara menyuruh pekerja   yang lain untuk mengumpulkan tatal-tatal itu.Dengan kesaktiannya ilmunya tatal tatal tersebut diusapnya.Dengan sekali usap tatal-tatal itu berubah menjadi tiang agung yang berukir.Setelah peristiwa itu Artakara Atau Wali Zaenulloh diberi julukan Sakti Barang.Bahkan dalam suatu riwayat,setelah peristiwa itu Artakara sering membuat alat-alat pertanian yang terbuat dari besi atau pandai seperti golok,cangkul atau pakakas lainnya. Sebagai  pandai besi Artakara sangat berbeda dengan pandai besi  lain ,karena dalam pembuatan pakakas tersebut Artakara menipiskan besi yang telah dipanaskan hanya dengan jari-jari untuk membentuk pakakas tersebut. Maka banyak orang dengan sebutan Mbah Sakti Barang.

Single Post Navigation

Tinggalkan komentar